Daniel

Hati mana yang tidak pedih melihat adiknya terluka meski salah

Dani menghembuskan nafas beratnya setelah turun dari mobilnya yang kini telah terparkir di pelataran sekolah SMA Treasure dan langsung melangkahkn kakinya ke suatu ruangan yang entah sudah ke berapa kali ia datangi di sekolah ini. Hingga membuatnya sedikit malu dengan orang yang akan ditemuinya lagi di ruangan tersebut.

Ruangan BK. Ya benar ruangan itu adalah yang menjadi tujuan Dani saat ini. SMA Treasure merupakan dimana adiknya Juandra Aditya Aditama bersekolah. Juan memang seringkali membuat Dani tak habis pikir dengan tingkah lakunya di sekolah. Sudah berapa kali hukuman dari sekolah diberikan namun juga tak mampu membuat Juan jera.

Dani mengetuk pintu ruangan yang terbuka tersebut dengan pelan dan melihat Juan yang duduk di bagian kiri dengan kepala terdunduk. Ia melihat ada beberapa goresan dan lebam di sekitar wajah adiknya itu. Di seberang duduk juga seorang anak laki-laki yang di sampingnya terlihat sosok wanita paruh baya yang terus mengawasi wajah itu dengan ekspresi khawatir karena goresan luka dan lebam yang begitu kentara dari wajahnya yang lebih parah dari Juan. Sedangkan anak itu hanya meringis kesakitan.

Setelah dipersilahkan untuk masuk. Dani langsung mengambil posisi duduk di samping Juan. Juan hanya menatapnya sekilas lalu kembali menundukkan kepalanya.

Setelah cukup lama Dani bernegoisasi. Akhirnya masalah dapat terselesaikan dengan damai. Lagi-lagi Dani dan Juan beruntung. Masalah tak sampai berlarut dan diperpanjang. Dani hanya perlu memberikan kompensasi kepada anak yang telah di hajar habis oleh Juan. Serta Juan mendapatkan hukuman skors selama 2 hari. Juan beserta dengan yang lainnya kemudian keluar hanya tersisa Dani dengan kepala sekolah. Dani menyuruh Juan untuk menunggunya di luar ruangan tersebut.

Entah apa yang di bicarakan Dani dengan Kepala sekolahnya. Juan kini berdiri menunggu kakaknya keluar dari ruangan itu. Tak butuh waktu lama Dani keluar ruangan tersebut dan melihat adiknya yang berdiri dengan pakaian yang berantakan dan wajah yang terlihat muram yang tak sempat Dani perhatikan sejak hati.

“Udah kan bang, aku masuk kelas ya” Ucap Juan setelah melihat kakaknya.

“Ke kelas ambil tas lo, balik ama gue sekarang”

Dani mengatakannya dengan tegas.

“Lah motor gue gimana?”

“Tinggallin aja, gue tunggu di mobil”

Juan langsung melesat ke kelasnya untuk mengambil tas tanpa membatah. Ia merasa sudah lelah jika harus berdebat dengan Dani setelah apa yang di lakukannya hari ini. Jadi ia lebih memilih untuk nurut. Lagi pula ia juga senang tidak harus mengikuti sesi pembelajaran berikutnya di kelas. Meskipun ia tahu mungkin saja setelah sampai rumah kakaknya akan memerahinya habis-habisan.

setelah Juan masuk kedalam mobil. Dani segera membawa mobilnya untuk keluar dari sekolah itu. Baik Dani maupun Juan kini hanya diam tanpa ada yang memulai pembicaraan seperti biasanya. Dani tahu betul berbicara di saat seperti ini hanya akan membuatnya lelah dan mungkin bertambah masalah.

Jalanan saat itu cukup lengang. Belum sempat sampai rumah Dani menghentikan mobilnya. Ia kemudian turun dan menyuruh Juan juga ikut turun. Juan kemudian turun dan mengekor di belakangnya. menyeberangi jalan. kini mereka sudah duduk di sebuah rumah makan dengan menu khas makanan nasi padang.

“Makan dulu, gue tahu lo laper abis berantem”. Ucap Dani sambil mengambil makanan yang sudah tersajikan di hadapan mereka.

“Habis ini gue anter ke klinik buat bersiin itu luka”. Dani melanjutkan.

Juan yang sedari tadi memang sudah lapar langsung memakan tanpa banyak bicara. Meskipun heran bagaimana bisa kali ini kakaknya tidak marah setelah apa yang dilakukannya hari ini. Juan tahu bagaimana Dani, meskipun pembawaannya tenang ia bukan tipe orang suka marah dan bahkan receh. Namun ketika sudah marah cukup membuatnya dan Justin bergidik ketakutan. Di saat seperti ini biasanya Dani akan memarahinya. Tapi hari ini kenapa berbeda. Apa yang salah darinya pikir Juan.

Setelah makan dan selesai dari klinik. Kini mobil mereka sudah memasuki garasi rumahnya. Juan turun dan segera melangkah untuk masuk ke dalam rumah.

“Jangan kemana-mana, tunggu gue pulang”. Belum sempat Juan sampai di dalam rumah Dani mengatakan tersebut dan mengeluarkan mobilnya lagi untuk keluar lagi. Juan yang mendengarnya hanya mengangguk tanpa menoleh.