Haidar dan Semesta
| tw // self harm
Haidar Laksana, pernah sandang bahagia, tapi patah karena keluarga.
Haidar Laksana, hidupnya diambang rapuh. Diperkosa luka, dipecundangi norma.
Tolong jangan ejek Haidar kalau harus menangis tersedu-sedu di balik gelap pintu kamarnya setiap jam tengah malam tiba.
Tolong jangan hakimi Haidar, kalau terlalu pengecut menggores luka dengan benda pipih favoritnya yang disembunyikan di dalam laci setiap kali berisiknya kepala datang tanpa permisi.
Dia hanya anak laki-laki yang tersungkur, tersandung realita semesta. Bersyukur meskipun hampir gila, nyatanya Haidar masih hidup dengan waras.
BUGH
Maka ketika satu pukulan keras terjun bebas ke wajahnya, Haidar nihil rasa sakit. Karena semesta dan pukulannya jauh lebih sakit.
“Lo apain adek gue? Hah?”
Ganendra Aji Bimantara, berdiri dengan kecewa. Bertanya, kenapa adiknya harus dibawa menyimpang. Kenapa adiknya dirampas, mau dibawa pergi.
BUGH
“Jawab gue!?”
Haidar bisa apa selain diam, karena dia juga tak punya jawaban. Yang dia tahu, dia jatuh suka lalu mau hidup berdua.