Jangan bikin khawatir

Bara dibuat bingung dengan Haidar, dari tadi malam handphone miliknya sudah tidak aktif setelah pesan terakhir. Hari ini pun dirinya tidak masuk kelas, padahal Bara coba tanya yang lain sempat lihat Haidar datang tadi pagi.

Haidar selalu seperti ini, memilih pergi dan menenangkan diri kalau ada yang buat dirinya risau hati.

Sebenarnya Bara sudah hafal, tapi tiap kali Haidarnya menghilang begini, Bara masih saja tak bisa kalau tidak menahan rasa kesal dan khawatirnya.

Setidaknya untuk kali ini Bara tahu harus pergi kemana. Belakang toilet cowok yang berada di pojok sekolah.

Benar.

Haidar ada di sana, berdiri bersandar ke tembok, tangannya mengapit satu batang nikotin.

“Mau dong.” Suara Bara berhasil buat Haidar mau tak mau bersitatap dengan Bara. Dan tanpa sepatah kata Haidar mengeluarkan satu bungkus rokok miliknya dari kantong, dan disodorkan pada Bara.

“Mau yang itu.” Bara malah menunjuk batang rokok yang sedang dihisap oleh Haidar.

Setelah rokok miliknya berpindah kepemilikan, Haidar menghidupkan batang rokok baru.

Beberapa menit keduanya merenung dan sibuk menghisap batang rokok masing-masing. Sesekali mata Haidar pilih buat pandangi Bara, Bara yang sedang merokok di depannya ini entah kenapa buat Haidar tenang hatinya.

Sorry.” Haidarnya akhirnya buka suara. Bara menoleh sekilas.

“Buat?”

“Cemburu.” Haidar jujur bahwa sikapnya kemarin adalah bentuk atas dirinya yang dilingkupi perasaan cemburu.

Bahwa Haidar tiba-tiba tidak memiliki rasa percaya diri. Baranya takut kalau harus berpaling hati, takut posisinya yang sudah sulit ini, harus diambil orang lain.

I know Dar, aku juga minta maaf. Harusnya aku bisa hargai kamu dengan tidak bersikap berlebihan.”

Kalau saja Bara yang di posisi Haidar, dirinya tidak menutup kemungkinan akan bersikap sama seperti Haidar.

“Sulit ya Bar?” Haidar tanya sambil menghembuskan asap rokoknya.

“Kamu serius nanya kaya gitu?” bukankah sudah dari awal kalau keduanya memilih jalan sulit ini.

“Masih sanggup gak?” Bara cuma tanggapi pertanyaan Haidar dengan tawa rendah. Buat apa Bara iyakan dari awal kalau sudah tidak sanggup di tengah jalan.

“Disya, suka sama kamu.”

“Tau, aku sukanya kan kamu.” Ucap Bara sambil menatap netra Haidar. Rokoknya sudah kandas, puntung rokoknya Bara injak dengan sepatunya.

“Kalau gitu kasih tau kalau kamu punya pacar, biar gak kebablasan.”

“Oke.” Bara iyakan maunya Haidar. Nanti biar dia kasih tahu pada Disya, bahwa dia tidak suka dan sudah punya orang yang begitu dicintainya.

Keduanya kemudian saling tertawa, pandangan di antara keduanya tidak pernah bohong, bahwa rasa cinta yang keduanya punya, makin besar dirasa.

Rokok punya Haidar juga kandas, dibuangnya puntung rokok begitu saja. Tangannya dibuka lebar.

“Sini mau peluk dulu.”

Bara tersenyum, Haidarnya sudah kembali. Dirinya berjalan gontai seolah tidak ikhlas memberi pelukan untuk Haidar. Tapi ketika jarak sudah tak lagi jadi penghalang, Bara yang lebih erat memeluk Haidarnya. Menghirup rakus wangi Haidar yang menguar dari ceruk lehernya.

“Udah gak marah kan?” Haidar hanya sanggup menggelengkan kepala. Pelukan Bara adalah satu tempat yang paling nyaman buatnya bersandar ketika dunia sedang jahat padanya. Begitu nyaman, sampai Haidar nggak mau buat lepas.

Kalau saja Bara tahu, Haidar ini tidak bisa marah kalau dia buat salah. Yang ada Haidar lebih marah kepada dirinya ketika Bara tidak bisa tahu apa maunya. Haidar merasa apa yang salah dari dirinya sampai Bara bisa tak paham dengan isi hati dan kepalanya.

“Lain kali tolong jangan bikin khawatir.” Bara merenggangkan pelukannya, mengerutkan dahi dan pasang wajah bingung dengan ucapan Haidar.

“Aku takut kamu pergi.” Haidar buru-buru kasih penjelasan atas kalimatnya, dan mengeratkan kembali pelukan.

Bara tersenyum dan seketika wajah dan telinganya memerah, untung saja Haidarnya tidak bisa melihat.

Cemburunya Haidar begitu valid, rasa khawatir akan banyak hal yang kemungkinan terjadi, menumbuhkan rasa takut akan kehilangan Bara. Dan hal ini yang menjadi paling berisik dari isi kepalanya, sampai mengusik isi hatinya.

Buat Disya maaf ya, rasa suka kamu buat Bara sebaiknya kamu hapus saja. Sebab Haidar dan Bara keduanya sudah pasang ikatan yang simpulnya terlalu kuat.

Susah buat dilepasnya.