“Udah mau lulus nyari perkara aja sih.” Bara mengomel tidak memperdulikan Haidar yang mendesis akibat rasa perih di ujung bibirnya.
“Si bangsat yang nyari perkara, mulutnya emang pantes banget buat di tonjok tadi.” Haidar protes dengan wajah merah, masih kesal.
Duduk di sofa, paha Bara jadi sandaran kepala Haidar buat rebah. Dia tatap nanar Haidar yang wajahnya masam dan kacau. Dia sisir surai hitam legam Haidar lembut dengan jarinya, berharap bisa urai isi kepala Haidar yang sedang semrawut, juga hatinya yang ikut sakit.
“Masih bisa nggak sih Bar?”
Bara diam. Rumah Haidar sepi ditambah keheningan di antara keduanya. Hanya isi kepala yang saling bersahutan. Lidah Bara kelu buat jawab pertanyaan Haidar.
“Baru gini aja udah sakit, dunia jahat banget dah.” Haidar mengeluh, dunia kenapa begitu kaku buat mereka yang mau juga ukir bahagia.
Bara lagi-lagi nggak menyahut. Matanya panas, ada yang minta buat bebas lepas. Tangannya bergerak dari surai, turun ke wajah milik Haidar. Telapak tangannya menyapu pahatan yang kelewat indah dicipta Tuhan.
Giliran telapak tangan Haidar yang mampir pada kulit wajah Bara, jarinya mengusap bibirnya lembut. Netra yang bersitatap, saling mengadu.
“Boleh?”
“Lakuin apa yang mau lo lakuin.”
Lewat hembusan nafas yang saling bertegur sapa, bibir yang saling bertaut, serta saliva yang saling ditukar. Air mata yang sudah diberi kebebasan tak luput buat saling bersentuhan, saling tukar rasa sesak milik tuan masing-masing—keduanya menyatu.
Sentuhan dingin bibir keduanya ternyata mampu bawa hangat. Mata yang saling memejam, resapi sesapan lembut yang setiap detiknya sarat akan keputusasaan. Rasa sesak yang tangan Haidar berikan pada tengkuknya, Bara tidak akan protes. Dadanya jauh lebih sesak dari itu.
Di tiap decakan, ada harapan yang terus digantungkan.
Bertukar ciuman tidak pernah terasa sehina ini. Kejadian di kantin sekolah hari ini, seolah beri isyarat bahwa dunia tidak akan pernah mau menjadi sekutunya.
Keduanya tutup afeksi pilu dengan susunan harapan, dan kecupan tipis serta genggaman tangan yang terlampau erat.
‘Dunia kalau nggak mau jadi sekutunya, tolong jangan jahat-jahat ya.’
[haidar, bara] by anotherapi