Usai

Bara menenteng dua bungkus batagor kesukaan Haidar. Rencananya Bara akan mengajak Haidar bicara bahwa bahwa pola hidupnya sekarang sudah salah kaprah, dan berharap hubungannya setelah ini bisa kembali baik-baik lagi seperti dulu.

Saat masuk ke dalam rumah Haidar, Bara kembali di sambut dengan bau asap rokok yang begitu menyengat. Haidar tengah sibuk dengan rokok di sela-sela jarinya, serta begitu tampak berantakan.

“Rokok lagi, stop Haidar.”

“Kamu ngapain ke sini?”

“Aku bawain kamu batagor, makan dulu yuk. Jangan rokok mulu.”

“Kamu makan aja sendiri. Aku gak laper.” Haidar benar-benar tak memperdulikan Bara yang sudah dengan niatnya membawakan dirinya makanan kesukaannya.

“Aku tau kamu belum makan, berhenti ngerokok aku bilang.” Bara merebut rokok di tangan Haidar, dibuangnya rokok itu.

“Kenapa di buang sih, aku bilang aku gak laper, ngerti gak sih.”

“Terserah kamu, sekarang makan dulu pokoknya ayokkk. “Bara membawa lengan Haidar untuk mengikuti dirinya.

“Stop Bar,” Haidar melepaskan lengannya dari cengkraman Bara. “Kalo masih gak paham sama omongan gue, mending lo keluar dari sini.”

Hati Bara sungguh sakit mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan Haidar.

“Mau kamu apa sih?”

“Lo keluar dari sini, gak usah banyak bacot soal hidup gue lagi.”

Netra Bara tiba-tiba dipenuhi dengan cairan bening. Bara tatap lamat-lamat orang di depannya yang sudah bukan lagi Haidarnya yang dulu.

“Oke, kamu pikir aku gak capek selama ini. Setelah ini aku gak akan ganggu kamu lagi, lakuin apapun yang kamu mau.” Bara segera berjalan keluar dari rumah Haidar, karena tak sanggup lagi tahan pelupuk matanya yang sudah penuh dan akan jatuh isinya.

Tepat di depan gerbang rumah Haidar, Bara berhenti, berjongkok dan menangis. Rasanya begitu sesak, dirinya tak sanggup lagi berdiri.

'Ternyata cuma sampe sini ya Dar, buat apa dulu aku harus jatuh sama kamu.'

Bara merasa bodoh, khawatirnya selama ini akan Haidar yang pergi dan rasa sukanya yang harus bertahan sendiri. Akhirnya benar terjadi. Rasanya begitu sakit.

Harusnya dari awal Bara tak pernah turuti hati, dan Haidarnya yang ternyata ingkar janji.